Guru Belajar Cendekia - 2.3.a.8. Koneksi Antarmateri
- Modul 2.3_Achmad Taufiq
Tujuan Pembelajaran
Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang
diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul
2 dalam berbagai media.
A. Pemikiran
reflektif terkait pengalaman belajar
1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja
diperoleh
Pada modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik adalah saya dapat mempelajari tentang 2 kata kunci yaitu Coaching dan Supervisi Akademik. Pertama yaitu Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana Coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari Coachee (Grant, 1999). Ada 3 prinsip coaching yakni kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus seorang Coach kuasai adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Indentifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.
Kedua yaitu Supervisi
akademik adalah upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan ini berarti esensi supervisi akademik itu
sama sekali bukan menilai untuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Adapun 3 tahap
dalam melakukan supervisi, yakni pra observasi (perencanaan), observasi
(pelaksanaan), dan pasca observasi (tindak lanjut).
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman
belajar
Emosi-emosi yang hadir sebelum mengetahui pembelajaran
modul 2.3 adalah saya cemas karena dari nama coaching tersebut saya
masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu hal baru dan sulit.
Saya khawatir tidak mampu memahami, dan menerapkannya. Setelah saya mempelajari
eksplorasi konsep modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari dan mendalami
isi dari modul ini. Saya merasa bahagia saat berkolaborasi dengan rekan sejawat
sesama CGP saat melaksanakan praktik coaching baik di ruang kolaborasi
maupun demonstrasi kontekstual. Selanjutnya saya optimis mampu menerapkannya di
sekolah tempat saya mengajar.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan
keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Pada proses belajar saya mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat sesama CGP ketika mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA dan sesuai dengan prinsip coaching dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual baik berperan sebagai Coach, Coachee maupun sebagai Supervisor/Pengamat.
Mempraktikkan proses coaching menggunakan alur
TIRTA pada Ruang Kolaborasi
Mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA pada Demonstrasi Kontekstual
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan
keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Pada keterlibatan dalam proses belajar yang perlu diperbaiki adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permasalahan Coachee dan tentunya akan membantu Coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan
pribadi
Setelah saya mempelajari modul 2.3 tentang coaching
dalam supervisi akademik, kompetensi saya mulai berkembang ditandai dengan dapat
mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA baik sebagai Coach,
Coachee, dan Supervisor/Pengamat. Selain itu, saat saya mempraktikkan
proses coaching, saya harus dapat mengendalikan diri saya dari
asumsi-asumsi pribadi dan rasa emosi sehingga timbul kematangan berfikir dan
bertindak agar sesuai dengan prinsip coaching yaitu, kemitraan, proses
kreatif, dan memaksimalkan potensi.
B. Analisis
untuk implementasi dalam konteks CGP
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan
dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
Bagaimana agar prinsip coaching ini bisa diterapkan dalam supervisi
akademik di sekolah?
Prinsip coaching bisa diterapkan di sekolah
apabila Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan memiliki pengetahuan tentang coaching
dalam supervisi akademik dan mau menerapkannya. Kegiatan supervisi akademik bukan
hanya bertujuan sebagai bagian dari penilaian guru saja, namun supervisi harus
bisa dijadikan sebagai cara untuk meningkatkan kompetensi akademik guru
sehingga tidak hanya melakukan observasi kelas saja tetapi harus ada percakapan
pra observasi dan pasca observasi. Pada percakapan pra observasi, kepala sekolah
harus mendiskusikan perencaaan yang akan dilakukan oleh guru, sedangkan saat
pasca observasi, kepala sekolah memberikan umpan balik dan tindak lanjut
terkait pelaksanaan observasi kelas yang dilakukan guru.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran
pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
Coaching dalam supervisi akademik merupakan salah satu
bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pembelajaran yang
berpihak pada murid adalah hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam
lingkungan kelas maupun sekolah. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak
pada murid, guru harus memiliki kompetensi menjadi pemimpin pembelajaran.
Menjadi pemimpin pembelajaran harus memahami perkembangan murid secara
menyeluruh, tidak hanya aspek kognitif saja namun juga harus memahami karakter
dan sosial emosional murid. Dengan demikian tujuan coaching dalam supervisi
akademik untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat meningkatkan kinerja
dan terwujudnya pembelajaran yang berpihak pada murid.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan
konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman
tentang coaching dalam supervisi akademik baik di lingkungan sekolah
maupun daerah. Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru
atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor
adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah.
Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan kompetensi guru.
4.
Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan
yang diidentifikasi
Alternatif solusi yang ditawarkan adalah melakukan
sosialisasi kepada seluruh komunitas sekolah saat kegiatan rapat guru agar
terjadi penyeragaman persepsi mengenai hakikat supervisi akademik yang
meningkatkan performa guru.
Solusi selanjutnya adalah memberikan contoh praktik coaching
dalam supervisi akademik melalui berbagai media informasi digital yang dapat
diakses oleh seluruh komunitas sekolah.
C. Membuat
keterhubungan
1.
Pengalaman masa lalu
Saya pernah disupervisi oleh pengawas sekolah dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, tetapi kegiatan supervisi tersebut hanyalah sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa mengetahui makna supervisi yang sebenarnya. Kegiatan supervisi akademik hanya dilakukan kepala sekolah atau pengawas sekolah pada tahap observasi kelas saja, tanpa adanya tahap pra observasi dan pasca observasi, sehingga hanya sebatas pemberian nilai guru saja.
2.
Penerapan di masa mendatang
Di masa mendatang kegiatan supervisi ini harus
dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan kompetensi guru dalam bidang
akademik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif,
dan memaksimalkan potensi.
3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari
modul lain yang telah dipelajari
Ø
Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran
berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara, maka guru harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya
belajar murid agar sesuai dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam
menggali potensinya jika belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
Ø
Modul 2.2 : Dalam pembelajaran sosial emosional
terdapat Teknik STOP dan mindfulness yang dilakukan untuk dapat membuat
suasana menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun seorang
coach harus menerapkan Teknik tersebut agar dapat focus dan terwujud kehadiran
penuh saat melakukan proses coaching
4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber
lain di luar bahan ajar PGP
Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak
sumber yang bisa saya gunakan di luar modul PGP, antara lain: a. Media Online
terutama dari youtube.com b. Praktik baik instruktur c. Fasilitator d. Pengajar
Praktik terutama saat menjalani pendampingan individu e. Praktik baik rekan
guru dalam satu lembaga f. Komunitas KKG.
Penulis : Achmad Taufiq, S.Pd. - CGP Angkatan 10 - Kelas 155 B - Kabupaten
Ngawi
