"Guru Penggerak: "Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan”

Minggu, 11 Agustus 2024

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1_Achmad Taufiq

 


Guru Belajar Cendekia - 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1_Achmad Taufiq

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 

Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

1.  Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Berdasarkan kutipan di atas bahwa mengajarkan anak menghitung adalah hal yang baik karena mengembangkan kemampuan numerasi, namun mengajarkan apa yang berharga/utama seperti memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna, kejujuran, kebaikan, tanggung jawab, keadilan, kasih sayang, dan empati adalah yang terbaik. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang akan membentuk karakter mereka menjadi manusia terbaik di masa depan. Dalam materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, hal yang paling mendasar yang perlu dipelajari adalah terkait dengan etika. Etika akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain nilai kebajikan, dasar dari pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid dan harus bertanggungjawab. sehingga saat dasar pengambilan Keputusan sudah dikuasai, maka permasalahan apapun akan lebih mudah dan lebih terarah dalam menemukan solusi permasalahan dan pengambilan keputusannya.

 

2.   Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya Berpikir Berbasis Hasil AKhir/End-Based Thinking, Berpikir Berbasis Peraturan/Rule-Based Thinking, dan Berpikir Berbasis rasa peduli/Care-Based Thinking, ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Apapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai, maka kita akan mengambil keputusan yang lebih adil, bijaksana, berpihak pada murid, dan bertanggung jawab.  Sehingga pengambilan keputusan akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan kita, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

 

3. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di kelas, ketika proses pembelajaran berlangsung mungkin akan ada saja masalah terjadi di dalam kelas. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus bisa berkontribusi dan senantiasa peka terhadap segala persoalan yang terjadi serta mampu mengatasinya dengan baik. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan yang kita pelajari di Modul 3.1 ini yaitu bersumber pada nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan harus bertanggung jawab, maka secara tidak langsung, kita telah memberikan contoh teladan kepada murid cara pengambilan keputusan yang tepat yang adil, bijaksana, dan objektif.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Menurut saya orang yang berpendidikan akan mempunyai etika lebih baik dibanding orang yang tidak berpendidikan. Dengan beretika, maka segala perilaku akan sesuai dengan nilai kebajikan universal, norma, dan hukum yang berlaku. Sehingga dengan berperilaku etis sesuai dengan etika dalam pendidikan, maka akan mempermudah dalam proses pembelajaran maupun pengambilan keputusan.


Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran Koneksi Antarmateri Modul 3.1


1.Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh/teladan yang baik bagi yang dipimpinnya (Ing Ngarsa Sung Tuladha). Hasil keputusan harus mampu membangkitkan semangat untuk terus melakukan inovasi. Dalam melakukan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid (Ing Madya Mangun Karsa). Kemudian seorang pemimpin harus terus memberikan bimbingan dan motivasi ketika proses pengambilan Keputusan (Tut Wuri Handayani) agar mendapatkan hasil yang diharapkan.

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri sebagai seorang guru dan saat ini sedang menempuh Pendidikan Guru Penggerak adalah berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif. Nilai-nilai ini harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut akan berpengaruh kepada prinsip pengambilan keputusan yang akan kita ambil disesuaikan dengan situasi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap lingkungan.

 

3.  Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dapat menjadi bekal dalam melakukan proses pengujian keputusan secara bertahap menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Coaching dilakukan dengan memenuhi kompetensi inti diantaranya kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saat melakukan pengujian Keputusan sebaiknya menggunakan kompetensi inti coaching tersebut. sehingga kita dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang ditemui. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan akan efektif jika diimbangi dengan pendekatan coaching dan dilakukan dengan kolaboratif dengan berbagai pihak.

 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi, nilai diri sendiri, dan manajemen diri akan mampu mengelola emosinya serta perilaku. Memiliki kasadaran sosial akan mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain. Memiliki keterampilan berelasi akan dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Studi kasus yang berkaitan dengan moral/etika harus didasari dengan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik berupa nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal diantaranya keadilan, kebaikan, keteguhan hati, keselamatan, tanggung jawab, kejujuran, rasa syukur, lurus hati, empati. Dilema etika harus dianalisis menggunakan paradigma, prinsip, dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan didasari dengan nilai-nilai kebajikan tersebut.

 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai—nilai kebajikan universal. Saat keputusan yang diambil sudah tepat, maka akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.

 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang ada di lingkungan saya adalah masih kuatnya norma, kebiasaan, adat istiadat, dan budaya yang selalu dilakukan secara turun temurun. Saat mengambil keputusan, tentu tidak lepas dari hal tersebut. Maka keputusan yang diambil terkadang menjadi tidak relevan. Ada kaitannya dengan perubahan paradigma yaitu perlu adanya perubahan paradigma yang sesuai, misalnya kebenaran lawan kesetiaan, sehingga akan menghasilkan sebuah keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruhnya adalah pengambilan keputusan yang kita ambil harus berpihak pada murid. Penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid dapat berupa strategi pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid, sehingga akan tercipta merdeka belajar sesuai dengan potensinya yang berbeda-beda.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan yang terjadi, termasuk menyangkut masa depan murid. Qleh karena itu perlu kehati-hatian dalam mengambil keputusan dengan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian Keputusan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis disesuaikan dengan paradigma dan prinsip yang tepat.

 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan haruslah dijiwai Filosofi Ki Hajar Dewantara, berpegang teguh pada nilai guru penggerak salah satunya berpihak pada murid dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang universal. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan berbagai hal termasuk masa depan murid. Pengambilan keputusan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid karena disesuaikan dengan potensinya masing-masing. Seorang pemimpin haruslah memiliki kompetensi sosial keterkaitannya dengan dan emosional agar dapat mengambil keputusan dengan penuh kesadaran diri, mampu mengelola emosi dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Saat proses pengujian keputusan diperlukan teknik coaching agar menggali informasi sebanyak-banyaknya untuk mengambil keputusan.

 

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Ø Perbedaan mendasar antara dilema etika dan bujukan moral dapat dilihat dari kedua pilihan kasusnya. Jika kedua pilihan sama-sama benar maka termasuk kedalam dilema etika, namun jika salah satu benar dan yang lain salah maka termasuk kedalam bujukan moral.

Ø Terdapat 4 paradigma dilema etika antara lain individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang.

Ø Terdapat 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli.

Ø 9 Langkah pengambilan keputusan diantaranya mengenali nilai yang betentangan, menentukan siapa yang terlibat, kumpulkan fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi. investigasi opsi trilema, buat keputusan. lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Ø Hal yang diluar dugaan adalah dalam melakukan pengambilan keputusan memiliki keterkaitan dengan modul lain yang dipelajari sebelumnya.

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, namun sebelumnya saya tidak mengetahui adanya tahapan dalam pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan langsung diambil tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang mungkin terjadi. Saat mempelajari modul ini, ternyata sebelum mengambil keputusan perlu adanya penentuan paradigma dilema etika, prinsip dilema etika, dan menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terlebih dahulu, dengan dasar nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggungjawab.

 

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak dalam mempelajari konsep ini sangat besar bagi saya, terutama berkaitan dengan cara pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak menggunakan Langkah-langkah apapun. Sekarang setelah mempelajari modul ini perlu adanya pemilihan paradigma yang tepat, prinsip yang sesuai, dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan sistematis.

 

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Bagi saya sangat penting mempelajari modul ini baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin karena dapat mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan agar dapat berpihak pada murid.


Penulis : Achmad Taufiq, S.Pd. - CGP Angkatan 10 - Kelas 155 B - Kabupaten Ngawi

Rabu, 24 Juli 2024

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3_Achmad Taufiq



Guru Belajar Cendekia - 2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3_Achmad Taufiq

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.

A.   Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

1.     Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Pada modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik adalah saya dapat mempelajari tentang 2 kata kunci yaitu Coaching dan Supervisi Akademik. Pertama yaitu Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana Coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari Coachee (Grant, 1999). Ada 3 prinsip coaching yakni kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus seorang Coach kuasai adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Indentifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.

Kedua yaitu Supervisi akademik adalah upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan ini berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai untuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Adapun 3 tahap dalam melakukan supervisi, yakni pra observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pasca observasi (tindak lanjut).

2.     Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Emosi-emosi yang hadir sebelum mengetahui pembelajaran modul 2.3 adalah saya cemas karena dari nama coaching tersebut saya masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu hal baru dan sulit. Saya khawatir tidak mampu memahami, dan menerapkannya. Setelah saya mempelajari eksplorasi konsep modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari dan mendalami isi dari modul ini. Saya merasa bahagia saat berkolaborasi dengan rekan sejawat sesama CGP saat melaksanakan praktik coaching baik di ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual. Selanjutnya saya optimis mampu menerapkannya di sekolah tempat saya mengajar.

3.     Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Pada proses belajar saya mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat sesama CGP ketika mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA dan sesuai dengan prinsip coaching dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual baik berperan sebagai Coach, Coachee maupun sebagai Supervisor/Pengamat.

Mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA pada Ruang Kolaborasi

 

Mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA pada Demonstrasi Kontekstual

4.     Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Pada keterlibatan dalam proses belajar yang perlu diperbaiki adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permasalahan Coachee dan tentunya akan membantu Coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

5.     Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan pribadi

Setelah saya mempelajari modul 2.3 tentang coaching dalam supervisi akademik, kompetensi saya mulai berkembang ditandai dengan dapat mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA baik sebagai Coach, Coachee, dan Supervisor/Pengamat. Selain itu, saat saya mempraktikkan proses coaching, saya harus dapat mengendalikan diri saya dari asumsi-asumsi pribadi dan rasa emosi sehingga timbul kematangan berfikir dan bertindak agar sesuai dengan prinsip coaching yaitu, kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

 

B.    Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1.    Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Bagaimana agar prinsip coaching ini bisa diterapkan dalam supervisi akademik di sekolah?

Prinsip coaching bisa diterapkan di sekolah apabila Kepala sekolah selaku pemangku kebijakan memiliki pengetahuan tentang coaching dalam supervisi akademik dan mau menerapkannya. Kegiatan supervisi akademik bukan hanya bertujuan sebagai bagian dari penilaian guru saja, namun supervisi harus bisa dijadikan sebagai cara untuk meningkatkan kompetensi akademik guru sehingga tidak hanya melakukan observasi kelas saja tetapi harus ada percakapan pra observasi dan pasca observasi. Pada percakapan pra observasi, kepala sekolah harus mendiskusikan perencaaan yang akan dilakukan oleh guru, sedangkan saat pasca observasi, kepala sekolah memberikan umpan balik dan tindak lanjut terkait pelaksanaan observasi kelas yang dilakukan guru.

2.  Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Coaching dalam supervisi akademik merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pembelajaran yang berpihak pada murid adalah hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam lingkungan kelas maupun sekolah. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru harus memiliki kompetensi menjadi pemimpin pembelajaran. Menjadi pemimpin pembelajaran harus memahami perkembangan murid secara menyeluruh, tidak hanya aspek kognitif saja namun juga harus memahami karakter dan sosial emosional murid. Dengan demikian tujuan coaching dalam supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat meningkatkan kinerja dan terwujudnya pembelajaran yang berpihak pada murid.

3.  Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan terberat adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik baik di lingkungan sekolah maupun daerah. Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja dan kompetensi guru.

4.       Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi yang ditawarkan adalah melakukan sosialisasi kepada seluruh komunitas sekolah saat kegiatan rapat guru agar terjadi penyeragaman persepsi mengenai hakikat supervisi akademik yang meningkatkan performa guru.

Solusi selanjutnya adalah memberikan contoh praktik coaching dalam supervisi akademik melalui berbagai media informasi digital yang dapat diakses oleh seluruh komunitas sekolah.

 

C.    Membuat keterhubungan

1.       Pengalaman masa lalu

Saya pernah disupervisi oleh pengawas sekolah dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, tetapi kegiatan supervisi tersebut hanyalah sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa mengetahui makna supervisi yang sebenarnya. Kegiatan supervisi akademik hanya dilakukan kepala sekolah atau pengawas sekolah pada tahap observasi kelas saja, tanpa adanya tahap pra observasi dan pasca observasi, sehingga hanya sebatas pemberian nilai guru saja.

2.       Penerapan di masa mendatang

Di masa mendatang kegiatan supervisi ini harus dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan kompetensi guru dalam bidang akademik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

3.     Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Ø Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka guru harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai dengan kebutuhannya. Murid akan maksimal dalam menggali potensinya jika belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

Ø Modul 2.2 : Dalam pembelajaran sosial emosional terdapat Teknik STOP dan mindfulness yang dilakukan untuk dapat membuat suasana menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun seorang coach harus menerapkan Teknik tersebut agar dapat focus dan terwujud kehadiran penuh saat melakukan proses coaching

4.     Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa saya gunakan di luar modul PGP, antara lain: a. Media Online terutama dari youtube.com b. Praktik baik instruktur c. Fasilitator d. Pengajar Praktik terutama saat menjalani pendampingan individu e. Praktik baik rekan guru dalam satu lembaga f. Komunitas KKG.


Penulis : Achmad Taufiq, S.Pd. - CGP Angkatan 10 - Kelas 155 B - Kabupaten Ngawi

 


Jumat, 10 Mei 2024

Apa itu Bullying?

 


I. Pendahuluan
Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun dalam implementasinya di lapangan masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang menimpa pada anak antara lain adalah bullying.